BAB I
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masa pergerakan nasional di Indonesia
ditandai dengan berdirinya organisasi-organisasi pergerakan nasional. Pemuda
Indonesia dengan gerakan kepemudaan merupakan martir untuk memperjuangkan hak
dan cita-cita bangsa. Di tangan kaum mudalah harapan bangsa dapat terwujud.
Bila berkaca pada sejarah, gerakan pemuda Indonesia ditandai oleh lahirnya
organisasi modern yang disebut Boedi Oetomo pada tahun 1908. Kemudian
diikrarkannya Sumpah Pemuda pada tahun 1928 sebagai kesepakatan untuk
menyatukan unsur-unsur heterogen pemuda menjadi bangsa yang satu. Dalam masa
pertama dari pergerakan Indonesia pada periode Budi Utomo, gerakan wanita baru
berjuang untuk kedudukan sosial saja. Soal-soal politik belum dalam jangkauannya.
Mengenai kemerdekaan tanah-air masih terlalu jauh dari penglihatan dan
pemikirannya. Kesibukan-kesibukan pada Periode Perintis dibidang pendidikan,
pengajaran, kerumahtanggaan masih berlanjut.
B. Rumusan Masalah
a) Bagaimana Organisasi Pemuda ?
b) Bagaimana Organisasi Wanita ?
BAB II
PEMBAHASAN
PEMBAHASAN
A. ORGANISASI PEMUDA
Pemuda Indonesia dengan gerakan kepemudaan
merupakan martir untuk memperjuangkan hak dan cita – cita bangsa. Di kaum
mudalah harapan bangsa dapat terwujud. Bila berkaca pada sejarah, gerakan
pemuda Indonesia ditandai oleh lahirnya organisasi modern yang disebut Boedi
Oetomo pada tahun 1908. Kemudian diikrarkannya Sumpah Pemuda pada tahun 1928
sebagai kesepakatan untuk menyatukan unsur-unsur heterogen pemuda menjadi
bangsa yang satu.
Atas desakan para pemuda, akhirnya Bung
Karno dan Bung Hatta memproklamasikan kemerdekaan Republik Indonesia pada tahun
1945. Moment ini bertepatan dengan kekalahan Jepang (yang saat itu menjajah
Indonesia) pada perang Dunia II. Tidak hanya sampai disitu, gerakan pemuda
berlanjut pada tahun 1966. Kita semua tahu ditahun tersebut dikenal dengan masa
revolusi, kaum muda terlibat secara langsung dan menolak ideologi komunis.
Kemudian pada tahun 1974 terjadi gerakan pemuda sebagai reaksi dari kebijakan
pemerintah Orde Baru yang tidak transparan. Puncak gerakan pemuda dari berbagai
unsur terjadi pada tahun 1998. Pemuda Indonesia menolak dengan tegas system
pemerintahan otoriter dan menorehkan sejarah dengan menggulingkan rezim orde baru menjadi era reformasi.
Semua itu merupakan pengukuhan penting
terhadap peran kaum muda dalam memperjuangkan idealism bangsa. Sejak era
sebelum kemerdekaan, kaum muda selalu terdorong untuk melakukan penolakan
terhadap ketidakadilan. Pada masa itu mereka diasah melalui kelompok diskusi
atau organisasi kepemudaan dengan struktur dan mekanisme yang masih sangat
sederhana.
Tapi sayang, setelah era reformasi pemuda
terkesan ideologis, pragmatis bahkan materialistis. Aksi dan gerakannya kurang
focus, tidak memiliki visi bersama, dan bahkan terkotak-kotak. Disebabkan tidak
adanya arah yang jelas ataupun kepedulian terhadap nasib bangsa. Oleh sebab itu
diperlukan pengenalan kembali fungsi dan peran pemuda dalam membangun bangsa,
yang sebelumnya tidak pernah absen menorehkan tinta emas. Perjuangan pemuda pun
bergulir sesuai konteks dan zamannya. Di masa lalu pemuda lebih mengedapankan.
semangat bela negara untuk lepas dari tangan penjajah. Namun seiring perjalanan
waktu, perkembangan zaman, dan tuntutan hidup semangat tersebut berubah. Hal
ini jelas terlihat melalui banyaknya pemuda yang memiliki sikap pragmatis dan
apolitis.
B. ORGANISASI WANITA
Mengenai keadaan wanita Indonesia pada
masa kolonialisme Belanda masih ada dalam konservatisme dan sangat terikat oleh
adat. Penddikan di sekolah-sekolah hanya diperuntukkan bagi anak-anak
laki-laki, sedangkan anak- anak perempuan hanya mendapat pendidikan di rumah
atau di lingkungan keluaga dan pendidikan yang diperolehnya tidak lebih dari
persiapan untuk menjadi seorang Ibu rumah tangga yang baik. Memasak, menjahit
dan membatik merupakan sebagian besar kegiatan anak-anak perempuan. Ikatan adat
sangat kuat yang tidak memungkinkan mereka lepas dari kungkungan adat dan
keluarga, dan kalau dibanding dengan anak laki-laki mereka jauh ketinggalan.
Dalam pada itu pengaruh warisan cita-cita
Kartini untuk emansipasiwanita berkumandang menembus batas-batas kamar
pingitannya, dan perhatian kaumnya pada periode kebangkitan dan kesadaran
nasional ini mulai juga untuk meningkatkan perjuangan wanita. Pada tahun 1912
muncul organisasi wanita yang pertama di Jakarta "Putri Mardika" atas
bantuan Budi Utomo. Perkumpulan "Kartini Fonds" yang bertujuan
mendirikan sekolah-sikolah Kartini berdiri diberbagai tempat di Jawa, “Keutamaan
Istri” didirikan dibanyak tempat di Jawa Barat, bahkan di kota Padang Panjang,
"Kerajinan Amai Setia" di kota Gedang, "PIKAT" (Percintaan
Ibu Kepada Anak Temurunnya) berdiri pada tahun 1917 di Manado. Kesemuanya, baik
organisasi-organisasi bagian Wanita dari organisasi partai umum, maupun
organisasi-organisasi lokal kesukuan/kedaerahan bertujuan menggalakkan
pendidikan dan pengajaran bagi wanita, dan perbaikan kedudukan sosial dalam
perkawinan dan keluarga serta meningkatkan kecakapan sebagai ibu dan pemegang
rumahtangga. Gerak kemajuan pada tahun-tahun sebelum 1920 dapat dikatakan
lamban. Sebab-sebabnya ialah sangat kurangnya sekolah-sekolah untuk wanita
pribumi, lagi pula kadang-kadang juga tiadanya izin dari Orang tuanya
(dikalangan atas) atau diperlukan tenaganya untuk membantu orang-tua
(dikalangan bawah). Disamping itu adat dan tradisi sangat menghambat kemajuan
wanita.
Perkumpulan wanita yang didirikan sebelum
tahun 1920 antara lain Putri Mardika yang didirikan atas bantuan Budi Utomo di
Jakarta(1912). Perkumpulan ini bertujuan untuk memajukan pengajaran terhadap
anak-anak perempuan dengan memberikan penerangan dan bantuan dana, mempertinggi
sikap yang merdeka dan tegak serta melenyapkan tindakan malu-malu yang
melampaui batas. Perkumpulan Kautamaan Istri didirikan pada tahun 1913 di
Tasikmalaya, lalu pada tahun 1916 di Sumedang, 1916 di Cianjur, 1917 di Ciamis
dan tahun 1918 di Cicurug. Pengajar yang terkemuka dari perkumpulan Kautamaan
Istri di tanh pasundan adalah Raden Dewi Sartika. Sekolah Kartini juga didiriakan
di Jakarta pada tahun 1913, lalu berturut-turut di Madiun tahun 1917, di
Indramayu, Surabaya, dan Rembang tahun 1918. Perkumpulan Kaum Ibu didirikan
untuk memajukan kecakapan kaum wanita yang bersifat khusus seperti memasak,
menjahit, merenda, memelihara anak-anak dan sebagainya. Di Yogyakarta pada
tahun 1912 didirikan perkumpulan wanita yang bersifat agama Islam dengan nama
Sopa Tresna yang kemudian pada tahun 1914 menjadi bagian wanita dari
Muhamadiyah dengan namaAisyah. Di Minangkabau berdiri perkumpulan Keutamaan
Istri Minangkabau dan Kerajinan Amal Setia yang berusaha memajukan persekolahan
bagi anak-anak perempuan.
Sesudah tahun 1920 jumlah organisasi
wanita bertambah banyak.Kesediaan wanita untuk terlibat dalam kegiatan
organisasi makin meningkat dankecakapan berorganisasipun bertambah maju. Hal
ini disebabkan karenakesempatan belajar makin meluas lagipula berkembang ke
lapisan bawah. Dengandemikian jumlah wanita yang mampu beraksi juga bertambah
luas dan tidak lagiterbatas kepada lapisan atas saja. Oleh sebab semuanya itu,
maka sesudah tahun1920 kita dapat melihat jumlah perkumpulan wanita bertambah
banyak sekali,sedang P.K.I., S.I., Muhammadiyah dan Sarekat Ambon mempunyai
bagianwanita. Bagian Wanita tadi dalam penyebaran cita-cita tentu saja memper tingg
ihal-hal yang khusus mengenai kewanitaan. Kongres P.K.I. di Jakarta tanggal
7-10Juni 1924 menyediakan satu hari penuh untuk merundingkan masalah
gerakanwanita komunis. Pada hari itu para wanita membicarakan kewajiban kaum
wanitadalam perjuangan menentang penjajah dan kaum pemodalOrganisasi-organisasi
wanita yang berdiri pada masa pergerakannasional antara lain :
1. putri
mardika (1912)
Putri Mardika adalah organisasi keputrian
tertua dan merupakan bagian dari Budi Utomo. Tujuannya
adalah untuk memberikan bantuan, bimbingan dan penerangan kepada wanita wanita
pribumi dalam menuntut pelajaran dan dalam menyatakan pendapat di muka
umum. Kegiatannya antara lain sebagai berikut: memberikan beasiswa dan
menerbitkan majalah bulanan. Tokoh-tokohnya: P.A Sabarudin,
R.A Sutinah Joyopranoto, R.R Rukmini, danSadikun Tondokukumo.
2. Kartini Fonds (dana kartini)
Organisasi ini didirikan oleh Tuan dan
Nyonya C. Th. Van Deventer, tokoh politik etis. Salah satu
usahanya adalah mendirikan sekolah-sekolah, misalnya: Sekolah Kartini di
Jakarta, Bogor, Semarang (1913), setelah itu di Madiun
(1914), Malang dan Cirebon (1916), Pekalongan (1917), Subabaya dan Rembang.
3. Kautamaan
istri
Organisasi ini berdiri sejak tahun 1904 di
Bandung, yang didirikan oleh R. Dewi Sartika. Pada tahun 1910
didirikan Sekolah Keutamaan Istri, dengan tujuan mengajar
anak gadis agar mampu membaca, menulis, berhitung, punya keterampilan kerumahtanggaan agar kelak dapat menjadi ibu rumah
tangga yang baik. Kegiatan ini kemudian mulai diikuti oleh
kaum wanita di kota-kota lainnya, yaitu Tasikmalaya, Garut,
Purwakarta, dan Padang Panjang.
4. Kerajinan amal setia (KAS)
KAS didirikan di Kota Gadang Sumatra Barat
oleh Rohana Kudus tahun 1914. Tujuannya adalah untuk
meningkatkan pendidikan wanita, dengan mengajarkan cara-cara
mengatur rumah tangga, membuat barang-barang kerajinan tangan beserta cara
pemasarannya. Pada tahun itu juga, KAS berhasi mendirikan sekolah wanita
pertama di Sumatera sebelum terbentuknya Diniyah Putri di
Padangpanjang.
5. Aisyah
(1917)
Aisyiah didirikan pada 22 April 1917 dan
merupakan bagian dari Muhammadiyah. Pendirinya adalah
H. Siti Walidah Ahmad Dahlan. Kegiatan utamanya adalah memajukan
pendidikan dan keagamaan bagi kaum wanita, memelihara anak yatim, dan
menanamkan rasa kebangsaan lewat kegiatan organisasi agar kaum wanita
dapat mengambil peranan aktif dalam pergerakan nasional.
6. percintaan
ibu kepada anak turunannya (PIKAT)
PIKAT didirikan pada bulan Juli 1917 oleh
Maria Walanda Maramis di Menado, Sulawesi Utara.
Tujuannya: memajukan pendidikan kaum wanita dengan cara mendirikan sekolah-sekolah rumah tangga (1918) sebagai calon
pendidik anak-anak perempuan yang telah tamat Sekolah Rakyat. Di dalamnya
diajari cara- cara mengatur rumah tangga yang baik,
keterampilan, dan menanamkan rasa kebangsaan.
7. Organisasi
kewatiaan lain
Organisasi Kewanitaan lain yang berdiri
cukup banyak, antara lain: Pawiyatan Wanita di Magelang
(1915), Wanita Susila di Pemalang (1918), Wanita Rukun Santoso di Malang,
Budi Wanita di Solo, Putri Budi Sejati di Surabaya (1919), Wanita Mulya
di Yogyakarta (1920), Wanita Katolik di Yogyakarta (1921), PMDS Putri
(1923), Wanita Taman Siswa (1922), dan Putri Indonesia (1927).
8. Kongres perempuan indonesia
Pada 22-25 Desember 1928 di Yogyakarta, diselenggarakan
Kongres Perempuan Indonesia pertama. Kongres tersebut diprakarsai oleh berbagai
organisasi wanita seperti: Wanita Utomo, Putri Indonesia, Wanita Katolik,
Wanita Mulya, Aisyiah, SI, JIB, dan Taman Siswa bagian wanita. Tujuan kongres
adalah mempersatukan cita-cita dan usaha untuk memajukan wanita Indonesia, dan
juga mengadakan gabungan antara berbagai perkumpulan wanita yang ada. Dalam
kongres itu diambil keputusan untuk mendirikan gabungan perkumpulam wanita yang
disebut Perikatan Perempuan Indonesia (PPI) dengan tujuan:
(a) memberi penerangan dann perantaraan
kepada kaum perempuan, akan
mendirikan studie fond untuk anak-anak
perempuan yang tidak mampu;
(b) mengadakan kursus-kursus kesehatan;
(c) menentang perkawinan anak-anak;
(d) memajukan kepanduan untuk
organisasi-organisasi wanita tersebut di atas,
pada umumnya tidak mencampuri urusan
politik dan berjuang dengan haluan kooperatif
BAB III
PENUTUP
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Berdasarkan pembahasan di atas, maka penulis memberikan kesimpulan sebagai berikut :
Pemuda
Indonesia dengan gerakan kepemudaan merupakan martir untuk memperjuangkan
hak dan cita-cita bangsa.
Berikut
ini adalah daftar beberapa organisasi perkumpulan pemuda di Indonesia :
1. Budi Utomo
2. Trikoro Dharmo
3. Jong Sumatranen Bond
4. Jong Ambon
5. Jong Minahasa
Organisasi-organisasi
wanita yang berdiri pada masa pergerakan nasional antara lain:
1. Putri Mardika (1912)
2. Kartini Fonds (Dana Kartini)
3. Kautamaan Istri
4. Kerajinan Amal Setia (KAS)
5. Aisyiah (1917)
6. Percintaan Ibu Kepada Anak Turunannya (PIKAT)
7. Organisasi Kewanitaan Lain
8. Kongres Perempuan Indonesia
B. SARAN
Belum ada tanggapan untuk "ORGANISASI PEMUDA DAN WANITA PADA MASA PERGERAKAN NASIONAL"
Posting Komentar