TINJAUAN PUSTAKA SISTEM
INFORMASI AKUNTANSI
2.1.1 Pengertian Sistem Informasi Akuntansi
Sistem
informasi akuntansi dapat diselenggarakan sepenuhnya memanfaatkan teknologi
komputer dan teknologi informasi terbaru, atau dapat berupa kombinasi antara
keduanya. Menurut Wing Wahyu dalam Narinda
2013 mendefinisikan sebagai berikut:
Sistem
informasi akuntansi adalah sekumpulan perangkat sistem yang berfungsi untuk
mencatat data transaksi, mengolah data, dan menyajikan informasi akuntansi
kepada pihak internal (manajemen
perusahaan) dan pihak eksternal (pembeli,
pemasok, pemerintah, kreditur, dan sebagainya).
Krismiaji (2010: 4) mengemukakan
bahwa : “Sistem informasi akuntansi adalah sebuah sistem yang memproses data
dan transaksi guna menghasilkan informasi yang bermanfaat untuk merencanakan,
mengendalikan dan mengoperasikan bisnis”. Dalam suatu perusahaan, penerapan
sistem informasi akuntansi memiliki hubungan dengan sistem-sistem yang lebih
besar maupun lebih kecil. Lain halnya menurut Azhar Susanto Dalam Narinda (2013),
mendefinisikan “sistem informasi akuntansi merupakan kumpulan-kumpulan dari
sub-sub sistem atau komponen baik fisik maupun non fisik yang saling
berhubungan dan bekerja sama satu sama lain secara harmonis untuk mengolah data
transaksi yang berkaitan dengan masalah keuangan menjadi informasi keuangan.
Sedangkan menurut George (2006:03)
Sistem Informasi Akuntansi merupakan kumpulan sumber daya, seperti manusia dan
peralatan, yang dirancang untuk mengubah data keuangan dan data lainnya ke
dalam informasi.
Berdasarkan pengertian sistem
informasi akuntansi yang diuraikan, dapat diketahui bahwa sistem informasi
akuntansi terdiri dari koordinasi manusia, alat, dan metode yang terdiri dari
formulir-formulir, catatan-catatan, dan laporan-laporan yang berintegrasi dalam
suatu kerangka yang tersusun, dan saling berhubungan satu sama lainnya untuk
menghasilkan informasi akuntansi yang dapat dipercaya.
2.2 Unsur – unsur Sistem Informasi Akuntansi
Menurut
Mulyadi (2008:3) unsur-unsur sistem akuntansi adalah “Unsur suatu sistem
informasi akuntansi pokok adalah formulir, catatan yang terdiri dari jurnal,
buku besar, buku pembantu dan laporan”.
Menurut La
Midjan dan Susanto dalam Narinda mengemukakan unsur-unsur sistem informasi
akuntansi sebagai berikut :
Setiap perusahaan apapun jenisnya,
sistem informasi akuntansi akan disusun dari seperangkat formulir yang dicetak,
catatan-catatan(buku-buku jurnal, buku besar, maupun register antara lain
kartu-kartu gudang kas dan lain-lain) laporan kegiatan tata usaha dengan atau
tanpa menggunakan mesin dan peralatan.
Sedangkan Menurut Putri catalya (2014) Salah satu
unsur pokok SPI adalah sistem wewenang dan prosedurpencatatan yang memberikan
perlindungan yang cukup terhadap kekayaan, utang, pendapatan dan biaya.
Dengan
demikian maka dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya unsur Sistem Informasi
Akuntansi ini dikoordinasikan untuk menyediakan berbagai informasi tentang
keuangan yang terjadi pada perusahaan, oleh karena itu peranan sistem informasi
akuntansi sangatlah penting guna membantu perusahaan dalam melaporkan posisi
keuangannya Serta melindungi aset perusahaan. Tanpa adanya sistem informasi
akuntansi, sangatlah sulit bagi perusahaan dalam menjalankan proses
keuangannya.
2.3 Tujuan dan Fungsi Sistem
Informasi Akuntansi
Sistem informasi akuntansi yang
diterapkan dalam suatu perusahaan belum tentu cocok diterapkan dalam perusahaan
lain. Hal ini disebabkan dalam menyusun sistem informasi akuntansi untuk suatu
perusahaan sangat tergantung pada jenis perusahaan, organisasi perusahaan, dan
aktivitas-aktivitas yang dilaksanakan perusahaan serta persepsi manajemen
mengenai sistem informasi akuntansi tersebut.
Tujuan dari sistem informasi
akuntansi menurut La Midjan dan Susanto dalam Narinda, adalah:
1. Untuk
meningkatkan informasi Yaitu informasi yang tepat guna, tercepat dan tepat
waktu.
2. Untuk
meningkatkan sistem internal cek (pengendalian intern)
Yaitu pengendalian intern yang
diperlukan agar dapat mengamankan harta perusahaan. Hal ini berarti sistem
informasi akuntansi yang disusun juga harus mengandung pengendalian intern
(internal cek).
3. Harus
dapat menekan biaya tata usaha
Yaitu
berarti biaya usaha untuk menyusun sistem akuntansi (biaya tata usaha berupa tenaga,
alat tulis dan kertas) harus seefisien mungkin.
Sedangkan
menurut Lilis puspitawati (2011) Tujuan Sistem Informasi Akuntansi adalah sebagai berikut :
1. Untuk
menyajikan informasi sebagai pendukung pengambilan keputusan, perencanaan,
pengendalian dan perbaikan selanjutnya.
2.
Untuk menyajikan informasi sebagai
pendukung kegiatan operasional sehari-hari.
3.
Untuk menyajikan informasi yang
berkenaan dengan kepengurusan/struktur manajemen.
Selanjutnya
Mulyadi (2008: 19) Menjelaskan tujuan sistem akuntansi memiliki beberapa tujuan
diantaranya untuk menyediakan informasi bagi pengelolaan kegiatan usaha baru,
untuk memperbaiki informasi yang dihasilkan oleh sistem yang sudah ada, baik
mengenai mutu, ketepatan penyajian, maupun struktur informasinya, untuk memperbaiki
pengendalian akuntansi dan pengecekan intern, yaitu untuk memperbaiki tingkat
keandalan (reliability) informasi akuntansi dan untuk menyediakan
catatan lengkap mengenai pertanggungjawaban dan perlindungan kekayaan
perusahaan, untuk mengurangi biaya klerikal dalam penyelenggaraan catatan
akuntansi.
Tujuan penyusunan sistem informasi
akuntansi berdasarkan uraian diatas dalam mempertimbangkan suatu sistem
akuntansi untuk meningkatkan informasi internal cek (pengendalian intern) harus
senantiasa memperhatikan keseimbangan antar manfaat dan biaya sehingga akhirnya
dipilih jalan tengah yaitu biaya-biaya tidak terlalu besar tetapi pengendalian
intern atau informasi yang dibutuhkan cukup bisa diperhatikan. sistem informasi
akuntansi juga diperlukan sebagai pendukung pengambilan keputusan serta
penyajian informasi berkenaan dengan operasional dan struktur manajemen.
2.1.4 Pengertian
Pengendalian Intern
Pada
dasarnya, pengendalian intern mempunyai peranan penting dalam suatu organisasi
perusahaan. Bagi manajemen pengendalian intern merupakan alat dalam
melaksanakan tugasnya, menilai organisasi yang ada dan operasi yang
dilaksanakan oleh perusahaan. Dimana
semua ini bertujuan untuk mencegah dan menghindari terjadinya kecurangan serta
kesalahan.
Menurut IAIP
dalam Sukrisno Agoes, pengendalian intern adalah suatu proses yang dijalankan oleh dewan komisaris, manajemen dan personel
lain entitas yang didesain untuk memberikan keyakinan yang memadai tentang
pencapaian tiga golongan tujuan berikut ini (a) keandalan laporan keuangan,(b)
efektifitas dan efisiensi operasi, dan (c) kepatuhan terhadap hokum dan
peraturan yang berlaku. Sedangkan Menurut The Committee 0f Sponsoring Comission
Organization (COSO) dalam Budianto (2006)
Pengendalian Intern adalah :
“Suatu
proses yang dipengaruhi oleh dewan direksi perusahaan, manajemen maupun
personel lain dalam usaha lainnya yang dirancang untuk memberi keyakinan yang
memadai dengan pencapaian tujuan sebagai berikut: (a) keandalan laporan
keuangan, (b) kesesuaian dengan undang-undang dan peraturan yang berlaku, dan
(c) efektifitas dan efesiensi operasi.”
Adapun
pengendalian intern menurut Ikatan Akuntansi Indonesia (IAI) (2009:319.2) sebagai berikut :
“Pengendalian
intern adalah proses yang dijalankan oleh dewan komisaris, manajemen dan
personel lain entitas yang didesain untuk memberikan keyakinan memadai tentang
pencapaian tiga golongan tujuan berikut ini: (a) keandalan pelaporan keuangan,
(b) efektifitas dan efesiensi, dan (c) kepatuhan terhadap hukum dan peraturan
yang berlaku”.
Selanjutnya
Krismiaji (2005:218) menyatakan “pengendalian intern adalah rencana organisasi
dan metode yang digunakan untuk menjaga atau melindungi aktiva, menghasilkan
informasi yang akurat dan dapat dipercaya, memperbaiki efisiensi, dan untuk
mendorong ditaatinya kebijakan manajemen”.
Rama,Dasaratha
juga menjelaskan pengendalian internal mencakup kebijakan atau prosedur serta system
informasi yang digunakan untuk melindungi aset perusahaan dari kerugian atau
korupsi dan untuk memelihara keakuratan data keuangan.
Sedangkan Menurut Mulyadi (2008 : 163), menyatakan
bahwa, “Pengendalian Internal meliputi struktur organisasi, metode, dan
ukuranukuran yang dikoordinasikan untuk menjaga kekayaan organisasi, mengecek ketelitian
dan keandalan data akuntansi, mendorong efisiensi dan mendorongdipatuhinya
kebijakan manajemen.
Dari definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa
pengendalian intern merupakan suatu proses untuk pencapaian tujuan yang
meliputi keandalan pelaporan keuangan, dan kepatuhan terhadap peraturan yang
berlaku serta mendorong dan memperbaiki efesiensi jalannya suatu organisasi.
Oleh karena itu menjadi tanggung jawab pimpinan untuk mengadakan suatu pengendalian intern yang
baik. Karena dengan adanya pengendalian intern yang baik dapat menekan
terjadinya kesalahan, penyelewangan dan ketidakefesienan yang dapat merugikan
perusahaan serta tercapainya tujuan yang telah ditetapkan.
2.5
Tujuan Pengendalian Intern
Pada
dasarnya pengendalian intern suatu badan
usaha perlu disusun sedemikian rupa agar dapat memberikan hasil yang baik
seperti yang diharapkan dari kebijaksanaan yang telah ditetapkan sebelumnya.
Pengendalian intern dirancang
untuk menjamin kewajaran catatan keuangan dan mengamankan harta milik
perusahaan.
The Committee Of Sponsoring
Comission Organization (COSO) dalam Fera Rita Efendi (2011) menjelaskan tujuan pengendalian intern adalah
sebagai berikut :
1.
Efektifitas dan
efesiensi operasional organisas
2.
Keandalan
pelaporan keuangan
3.
Kesesuaian
dengan hukum dan peraturan yang berlaku
Sedangkan
menurut Mulyadi (2008:180)
Tujuan Pokok Pengendalian intern sebagai berikut:
1.
Keandalan informasi keuangan
2.
Kepatuhan terhadap hukum dan peraturan yang
berlaku
3.
Efektivitas dan efesiensi
Selanjutnya Warren, James dan Philip dalam Fera Rita Efendi (2011) mengemukakan tujuan
pengendalian internal adalah memberikan jaminan yang wajar bahwa:
1. Aktiva dilindungi dan digunakan untuk
pencapaian tujuan usaha.
2. Informasi bisnis akurat.
3. Karyawan mematuhi peraturan dan
ketentuan.
Berdasarkan
pernyataan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa tujuan pengendalian intern adalah untuk
menjaga semua kekayaan organisasi. Guna mengindari pemborosan, pencurian,
penggelapan, kesalahan dan lain sebagainya dengan menyajikan data akuntansi
yang handal dan akurat dengan memberikan kebijakan kepada setiap jenjang
organisasi untuk mematuhi peraturan yang telah ditetapkan. Dengan demikian tanpa adanya struktur pengendalian intern yang baik dalam
perusahaan maka akan
mengakibatkan timbulnya kemungkinan untuk mengadakan penyelewengan sehingga
tujuan perusahaan tidak tercapai.
2.6
Unsur – unsur Pengendalian Intern
Didalam suatu pengendalian intern terdapat
unsur-unsur yang menjadi dasar untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan dan
untuk memberikan keyakinan yang
memadai bahwa tujuan suatu usaha akan tercapai dengan baik.
Adapun unsur-unsur pengendalian intern menurut The Commitee of Sponsoring
Comission Organization (COSO) dalam Rama Dasaratha (2008:134) meliputi:
1.
Lingkungan
Pengendalian (Control Environment)
Lingkungan
pengendalian perusahaan mencakup sikap para manajemen dan karyawan terhadap
pentingnya pengendalian yang ada diorganisasi tersebut. Lingkungan pengendalian
ini sangat penting karena menjadi dasar keefektifan unsur-unsur pengendalian intern
yang lain.
2.
Penilaian Risiko
(Risk Assesment)
Semua
organisasi memiliki risiko, dalam kondisi apapun yang namanya risiko pasti ada
dalam suatu aktifitas, baik aktifitas yang berkaitan dengan bisnis (profit dan
non profit) maupun non bisnis. Suatu risiko yang telah di identifikasi dapat
dianalisis dan evaluasi sehingga dapat diperkirakan intensitas dan tindakan
yang dapat meminimalkannya.
3.
Prosedur
pengendalian (Control procedure)
Prosedur
pengendalian ditetapkan untuk menstandarisasi proses kerja sehingga menjamin
tercapainya tujuan perusahaan dan mencegah atau mendeteksi terjadinya ketidak
beresan dan kesalahan. Prosedur pengendalian hal-hal sebagai berikut: personil
yang kompoten, mutasi tugas dan cuti wajib, pelimpahan tanggung jawab,
pemisahan tanggung jawab, pemisahan tanggung jawab untuk kegiatan terkait,
pemisahan fungsi akuntansi, penyimpanan aset dan operasional.
4.
Pemantauan (Monitoring)
Pemantauan
terhadap sistem pengendalian intern akan menemukan kekurangan serta
meningkatakan efektifitas pengendalian. Pengendalian intern dapat dimonitor
dengan baik dengan cara penilaian khusus atau sejalan dengan usaha manajemen.
5.
Informasi dan
Komunikasi (Information and Communication)
Informasi
dan komunikasi merupakan elemen-elemen yang penting dari pengendalian intern
perusahaan. Informasi tentang lingkungan pengendalian, penialaian risiko,
prosedur pengendalian dan monitoring.
Sedangkan
Ikatan Akuntan Indonesia ( IAI ) (2009:319.2)
menjelaskan Pengendalian Intern terdiri dari lima komponen yang saling terkait
yaitu sebagai berikut:
1.
Lingkungan
pengendalian
Menetapkan
corak suatu organisasi, mempengaruhi kesadaran pengendalian orang-orangnya.
Lingkungan pengendalian merupakan dasar untuk semua komponen pengendalian
intern, menyediakan disiplin dan struktur
2.
Penaksiran
Risiko
Adalah
identifikasi entitas dan analisis risiko yang relevan untuk mencapai tujuannya,
membentuk suatu dasar untuk menentukan bagaimana risiko harus dikelola.
3.
Aktifitas Pengendalian
Adalah
kebijakan dan prosedur yang membantu menjamin bahwa arahan manajemen
dilaksanakan.
4.
Informasi dan
Komunikasi
Adalah
pengindentifikasi, penangkapan, dan pertukaran informasi dalam suatu bentuk dan
waktu yang memungkinkan orang melaksanakan tangggung jawab mereka.
5.
Pemantauan
Adalah
proses yang menentukan kualitas kinerja pengendalian intern sepanjang waktu.
Dari beberapa kutipan di atas, jelasnya bahwa
pengendalian intern terdiri dari beberapa unsur pokok yaitu
lingkungan pengendalian, penaksiran risiko, informasi dan komunikasi, aktifitas
pengendalian, dan pemantauan.
dengan adanya unsur-unsur pengendalian tersebut akan menyediakan disiplin
membentuk suatu dasar untuk menentukan bagaimana risiko harus dikelola,
menentukan kualitas kinerja, pelaksanaan tanggunng jawab dapat diterapkan agar
dapat mencapai tujuan yang telah ditetapkan dan maka akan memberikan keyakinan yang memadai bahwa tujuan suatu
usaha akan tercapai.
2.7
Pengertian BUMN
Badan Usaha Milik Negara Secara umum (BUMN) adalah
badan usaha yang seluruhnya atau sebagian besar modalnya dimiliki oleh negara
melalui penyertaan secara langsung yang berasal dari kekayaan negara yang
dipisahkan Sedangkan Menurut
UU RI No.19 Tahun 2003, Pengertian BUMN adalah badan usaha
yang baik seluruh maupun sebagian besar modalnya dimiliki oleh negara, di mana
melalui penyertaan secara langsung yang berasal dari kekayaan negara yang
terpisahkan.
BUMN (Badan Usaha Milik Negara)
memiliki peran yang sangat penting dalam mengasilkan berbagai macam barang dan
jasa untuk mewujudkan cita cita bangsa Indonesia, yaitu kesejahteraan untuk
rakyat. BUMN mencakup berbagai sektor, seperti halnya sektor keuangan, sektor
industri, sektor pertanian, sektor perkebunan, sektor kehutanan, sektor
transportasi dan lain sebagainya.
2.1.8 Hubungan SIA Terhadap Efektifitas
pengendalian Intern
Hubungan
Sistem Pengendaliam Internal dengan Sistem Informasi Akuntansi, adalah dapat
memenuhi fungsinya untuk menghasilkan informasi akuntansi yang tepat waktu,
relevan dan dapat dipercaya serta resiko terjadinya kekeliruan dalam pencatatan
atau perhitungan dapat diminimalisasiakan sehingga mengurangi kemungkinan
terjadinya kerugian.
Sistem informasi akuntansi didalamnya
mengandung unsur-unsur pengendalian, maka perusahaan mungkin tidak dapat
menjalankan pengendalian-pengendalian yang diterapkannya dengan baik. Karena
pengendalian tidak dijalankan dengan baik, tidak menutup kemungkinan terjadinya
penyimpangan-penyimpangan dan kecurangan-kecurangan yang dilakukan dengan
sengaja atau tidak sengaja. Jika penyimpangan dan kecurangan sudah terjadi
otomatis aktiva yang dimiliki perusahaan terancam keselamatannya dan aktivitas
yang dilakukan menjadi tidak efektif dan efisien. Menurut Davia dalam Tiara (2014) Jika pengendalian internal telah dirancang dengan baik dan
efektif maka dapat melindungi dari adanya kecurangan
termasuk apabila ada karyawan yang berniat melakukan kecenderungan kecurangan
akuntansi, termasuk kecurangan dalam system Informasi
Akuntansi.
2.2 Peneliti Sebelumnya
Dalam
hal ini penelitian sebelumnya dipakai untuk memperkuat referensi dan merperkaya
khasanah penelitian Pengaruh Sistem Informasi
Akuntansi terhadap Efektifitas pengendalian internal pada BUMN Kota Lhokseumawe bagi peneliti selanjutnya
. Berikut ini ada beberapa judul penelitian terdahulu
yang penulis gunakan sebagai referensi :
No
|
Nama Peneliti
|
Judul Penelitian
|
Indikator
|
Hasil Penelitian
|
1
|
Moch Nurdin Ismail (2012)
|
Pengaruh Penerapan Sistem
Informasi Akuntansi Penjualan
Terhadap Efektivitas
Pengendalian Internal Penjualan Studi
Kasus Pt Inti (Persero)
|
a. Pengaruh
Sistem Informasi Akuntansi
b. Efektifitas pengendalian intern penjualan
|
Dalam penelitian tersebut
disimpulkan bahwa adanya
pengaruh signifikan penerapan sistem informasi
akuntansi penjualan terhadap
efektivitas pengendalian internal penjualan PT INTI
(Persero) adalah
sebesar 59,9%.
|
2
|
Tiara
Delfi, Anugerah,
Al Azhar
Desmiyawati (2014)
|
Pengaruh Efektifitas Pengendalian Internal Dan Kesesuaian Kompensasi
Terhadap Kecenderungan Kecurangan Akuntansi (Survey Pada Perusahaan BUMN
Cabang Pekanbaru)
|
a.
Efektifitas
pengendalian intern
b.
Kesesuaian
kompensasi terhadap kecurangan akuntansi
|
Dalam
penelitian tersebut disimpulkan bahwa Hasil penelitian ini
hanya dapat menggeneralisir terjadinya kecenderungan kecurangan akuntansi
para staff akuntansi dan staff keuangan di Perusahaan BUMN Cabang Pekanbaru
|
3
|
Desi Surahman (2012)
|
Pengaruh pengendalian internal terhadap pemberian kredit (Sensus pada
lembaga Microfinance di wilayah
Kota Lhokseumawe)
|
a.
Efektifitas
pengendalian intern
b.
Prosedur
pemberian kredit
|
Hasil dari penelitian ini disimpulkan bahwa Adanya pengaruh yang signifikan antara pengendalian intern terhadap
pemberian kredit pada Microfinance di
Lhokseumawe.
|
Belum ada tanggapan untuk " MAKALAH SISTEM INFORMASI AKUNTANSI"
Posting Komentar